Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak
usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan
bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini
diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas
memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar
dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat
inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2)
berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social
budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus
sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan
yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk
dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan
individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan,
mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat,
pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial
budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru
hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang
melingkupinya.
D. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai
metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk.,
20056.3). Ada bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru
Taman Kanak-kanak. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan
beberapa faktor penting, yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b.
karakteristik anak dan cara belajarnya, c. tempat berlangsungnya kegiatan
belajar, d. tema pembelajaran, serta e. pola kegiatan (Masitoh dkk., 2005:
6.3).
E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang
berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan
makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi
pembelajaran berdasarkan: 1) pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan belajar
aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki
karakteristik sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).
·
Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.
·
Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan
dikerjakan.
·
Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan
seluruh inderanya.
·
Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman
langsung dengan objek.
·
Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
·
Anak menggunakan otot kasarnya.
c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.
1) Tahap merencanakan (planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain
yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan, c) alat-alat
transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam
boneka.
2) Tahap bekerja (work time)
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan
berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain,
atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap memberikan bimbingan jika
anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini
guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu
dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti
pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan
bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan kemampuan
manusiawinya.
b. Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu:
tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
1) Tahap prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan
persiapan : kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan
kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
a) Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru
menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan
aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan
tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat, menara,
dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam
melakukan tugasnya.
b) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya
menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.
2) Tahap bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak
menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru,
peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah kegiatan
selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d)
anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari
kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang
aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk
geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan pengalaman anak dalam
bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c)
menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan
petingnya kerja sama.
3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat
ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005:
10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
·
Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan
dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
·
Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk
menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
·
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah
pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
·
Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan
pengalaman belajar untuk mendengarkan.
·
Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan
untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·
Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran
yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan
anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah.
Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan
membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan
flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri
dari:
·
menyampaikan tujuan dan tema cerita,
·
mengatur tempat duduk,
·
melaksanaan kegiatan pembukaan,
·
mengembangkan cerita,
·
menetapkan teknik bertutur,
·
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi
cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita
untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan.
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki
banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara
luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai
untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan
perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5)
bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa
humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan
kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam
sebuah kelompok.
b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b)
penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode dan teknik pembelajaran,
dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang
telah direncanakan, yang terdiri dari:
(a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan
dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu
dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang
mengiringinya.
(b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan
lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk
organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu.
(c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi
dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.
3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman
observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak
secara individual maupun kelompok.
5. Strategi Pembelajaran Terpadu
a. Rasional strategi pembelajaran terpadu
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang
semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat
berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu,
pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau
bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak
diharapkan dapat berkembangan secara optimal.
b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan
pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan
kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan
bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6)
melibatkan orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh
dkk., 2005: 12.10).
c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan
pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan
penemuan aktif, 5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar
bervariasi, 7) memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8)
waktu pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema
dapat diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang
ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1)
meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan
praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat
dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk
anak-anak berkebutuhan khusus.
e. Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).
1) Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber
dari: (a) minat anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d)
materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik
dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman dan
keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi
proyek.
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan
konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact),
dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang
pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk
mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan
pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan,
alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan
pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada
akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan
yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.