Senin, 27 April 2015

Al-Qur'an dan Wahyu



 AL- QUR’AN DAN WAHYU

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Supriyanto, M.Ud
Disusun Oleh:

1.     Rizki Fauizi          (145131005)
2.     Nuryati                          (145131006)
3.     Diyan setianingsih         (145131028)
4.     Kholida Auliya              (145131043)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2015



PEMBAHASAN
A.    Pendahuluan
 “Pewahyuan Al-Qur’an” terentang selama kurang lebih 22 tahun  karena wahyu turun sesuai kebutuhan lingkungan. Dari sinilah kelompok kami ingin mencoba memberi sedikit pengertian dan gambaran tentang “Al-Quran dan Wahyu” yang kami dapat dari berbagai sumber buku fererensi, susuai tugas yang kami dapat dari dosen mata kuliah Ulumul Qur’an.
B.     Pengertian Al-Qur’an
            Secara bahasa,lafal al-qur’anberasal dari qara’a-yaqra’u-qira’atan-qur’an yang berarti bacaan atau membaca. Dengan demikian, lafal qur’an dan qira’at secara bahasa berarti menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan kata-kata dengan sebagian lainnya.
Firman Allah dalam al-Qur’an:

¨bรŽ) $uZรธŠn=tรฃ ¼รงmyรจ÷Hsd ¼รงmtR#uรครถรจ%ur ร‡รŠรรˆ   #sŒรŽ*sรน รงm»tRรน&ts% รดรฌรŽ7¨?$$sรน ¼รงmtR#uรครถรจ% ร‡รŠร‘รˆ  
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya,maka ikutilah bacaannya itu.”(Qs al-Qiyamah/75:17-18).[1]
Para Ulama ushul, ulama fiqh, pakar bahasa arab maupun ulama mutakallimin sependapat, bahwa pengertian pokok yang terkandung dalam istilah al-Qur’an  yaitu: “lafazh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mulai dari surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Naas.”
                        Namun, mereka berbeda pendapat dalam memberikan penjelasan tentang sifat-sifat yang terdapat dalam pengertian pokok tersebut. Di antara mereka ada yang memberikan rincian yang relative panjang, ada yang secara sederhana dan ada juga yang secara singkat. Para ulama yang memberikan rincian relatif panjang, definisi al-Qur’an menurut mereka yaitu “Kalam yang bersifat mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.” Jadi “Al-Qur’an ini” dalam makna apa punyang diartikan kepadanya telah diwahyukan dan diturunkan dari-Nya

Ÿxsรนr& tbrรฃ­/ytFtƒ tb#uรครถร )รธ9$# 4 รถqs9ur tb%x. รด`รB รZรรฃ รŽŽรถxรฎ «!$# (#rรŸy`uqs9 รmŠรรน $Zรฟ»n=รF÷z$# #ZŽรWŸ2 ร‡ร‘ร‹รˆ  
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS: An-Nisaa Ayat: 82)[2]
            Al-Qur’an tidak mungkin di buat oleh yang lain kecuali Allah seperti dalam (QS: Yunus Ayat:37) [3]
$tBur tb%x. #x»yd รฃb#uรครถร )รธ9$# br& 3uŽtIรธรฟรฃƒ `รB ร‚crรŸŠ «!$# `ร…3»s9ur t,ƒรรณรs? ร%©!$# tรป÷รผt/ รm÷ƒytƒ ร‡รŒรรˆ   ÷Pr& tbqรค9qร )tƒ รงm1uŽtIรธรน$# ( รถ@รจ% (#qรจ?รน'sรน ;ouqร¡รŽ/ ¾ร&รŽ#÷VรiB (#qรฃรฃ÷Š$#ur ร‡`tB OรงF÷รจsรœtGรณ$# `รiB รˆbrรŸŠ «!$#
“Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”. (QS: Yunus Ayat: 37)

C.    Nama dan Sifat Al-Qur’an
                        Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukan kedudukannya yang tinggi dan luhur. Seacara mutlak, Al Qur’an adalah kitab samawi yang paling mulia. Kitab samawi itu dinamai dengan: Al-Qur’an, Al-Fur’qon, At-Tanzul, Az-Zikr, Al-Kitab dan sebagainya.Allah telah memberi sitaf Al-Qur’an dengan sifat-sifat yang luhur antara lain; nur (cahaya), hudan (petunjuk), rahmat, syifa (obat), mau’izah (nasihat), aziz (mulia), mubarak (yang diberkahi), basyir (pembawa kabar baik), nazir (pembawa kabar buruk) dan sifat-sifat yang lain yang meneujukan kebesaran dan kesuciannya.[4]
       D. Pengertian Wahyu
                        Al-Wahyu (wahyu) adalah kata masdhar (infinitif). Dia menunjukan pada dua pengertian dasar, yaitu; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu dikatakan, “Wahyu adalah informasi secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain.” Inilah pengertian dasarnya (mashdar). Tetapi terkadang juga bermaksud al-muha, yaitu pengertian isim maf’ul, maknanya yang diwahyukan.[5]
E. Cara Turunya Wahyu
a)    Cara turunuya wahyu kepada malaikat:
a.       Jibril menrimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafazhnya yang khusus.
b.      Jibril menghafalnya dari Lauh Al-Mahfuzh.
c.       Maknanya disampaiokan kepada Jibril, sedangkan lafazhnya dari jibril, atau Muhammad SAW.
b)   Cara turunya wahyu kepada para Rasul
a.       Melalui Jibril malaikat pembawa wahyu.
b.      Tanpa melalui perantara, daintaranya melalui mimpi yang nyata
c.       Menerima wahyu dari balik tabir[6]
  F. Cara Turunya Al-Quran kapada Nabi (Rassul Muhammad)     
Turunnya al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW, melalui proses atau tahapan sebagai berikut:
a.         Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT secara sekaligus ke Lawh Mahfuzh. Adapun dalilnya yaitu Qs al-Buruj/85:21-22)
รถ@t/ uqรจd ×b#uรครถรจ% ร“ร…g¤C ร‡ร‹รŠรˆ   รŽรป 8yรถqs9 ¤รขqร รฟรธt¤C ร‡ร‹ร‹รˆ 
“bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Qur’an yang mulia. Yang tersimpan dalam Lawh mahfuzh.” Mengenai kapan waktunya Allah SWT menurunkan al-Qur’an ke Lawh mahfuzh dan bagaimana wujud maupun caranya,hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.[7]
b.         Al-Qur’an diturunkan dari Lawh mahfuzh ke langit dunia. Adapun dalil tentang hal ini, yaitu firman-firman Allah yaitu:Qs al-Dukhan/44:3,Qs al-Qadr/97:1,dan Qs al-Baqarah 2:185. Menunjukkan bahwa al-Qur’an diturunkan ke Lawh mahfuzh dalam satu malam yaitu yang disebut malam mubarakat ,dan juga disebut malam al-qadr yang keduanya berada pada suatu malam di bulan Ramadan. Hal ini karena sebagaimana diketahui, bahwa al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, tidak dalam tempo satu malam ,tetapi secara berangsur-angsur dalam tempo sekian tahun. Ini berarti, bahwa ketiga ayat al-Qur’an tersebut menunjukkan kepada bentuk turunnya al-Qur’an, yang lain atau berbeda dengan bentuk turunnya al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW. Hikmah diturunkannya Al-Quran pada tahap kedua,sementara ulama menyebutkan antara lain :
a)    Sebagaimana pemberitahuan Allah SWT kepada penghuni langit dunia tentang telah turunnya kitab Allah yang akan disampaikan kepada Rosul-Nya yang terakhir.Hal ini berbeda dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rosul-rosul sebelumnya,yaitu secara langsung diturunkan kepada mereka satu kali sekaligus.
b)   Untuk memperkuat keyakinan serta menghilangkan keraguan terhadap al-Quran karena kalam yang dicatat. Karena berada dalam berbagai tempat/catatan,lebih meyakinkan keberadaanya dari pada yang hanya terdapat dalam satu tempat/catatan.
c.         Tahap ketiga atau terakhir,al-quran diturunkan dari langit dunia kepada nabi Muhammad SAW,melalui perantara malaikat jibril. Dalam tahap akhir inilah ajaran serta petunjuk Allah SWT.









G. Kesimpulan
                        Al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan tidak mungkin ada yang dapat membuat dan menciptakan Al-Qur’an kecuali Allah dan Al-Qur’an di wahyukan kepada Rassul Muhammad SAW.
Al-Qur’an memiliki banyak nama dan sifat dimana nama dan sifat Al-Qur’an  mencerminkan bahwa Al-Qur,an itu indah mulia dan luhur.
Wahyu Al-Quran diturunkan dengan cara yang bermacam-macam
Al-Qur’an di turunkan oleh Allah secara sekaligus ke Lawh mahfuzh untuk kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur tanpa diketahui kapan waktunya.





















Daftar Pustaka

AF Hasanudin. Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.1995.
Al-Qththan Manna’. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.
Ash Shaabuuniy Muhammad Ali. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV Pustaka Ceria.1998.
Watt W.Montogomery. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: CV Rajawali. 1991.



             [1]Hasanudin AF, .Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya (Jakarta: PT Raja Grafindo 1995), hal. 34.
                                                                          

[2]W. Montogomery Watt, Pengantar Studi Al-Quran (Jakarta: CV Rajawali,. 1991), hlm. 216.
[3]Ibid. hlm. 217-218.
[4]Muhammad Ali Ash Shaabuuniy, Al-Qur’an  (,Bandung: CV Pustaka Setia. 1998),  hlm. 21-23

[5]Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Ilmu Studi Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), hlm. 34.
[6] Ibid. hlm. 25
[7] Hasanudin AF,  Anatomi al-Qur’an: Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya, hlm. 40.