MAKALAH
SEJARAH PERADAPAN ISLAM
PERADAPAN
ISLAM PADA MASA UMAYAH
Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradapan Islam
Dosen Pengampu : Drs. AH. Khalis Hayatudin
Disusun Oleh :
1. Rahmatia
R. L (145131013)
2. Risma
Ulfia K (145131014)
3. Reni
Muazizah (145131016)
4. Ety
Puji Pratiwi (145131017)
JURUSAN
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2015
1.
PENDAHULUAN
Kajian tentang sejarah peradaban
Islam, tidak terlepas dari keberadaan sebuah Dinasti yaitu Dinasti Bani Umaiyah
yang berkuasa selama lebih kurang 90 tahun (41- 132/661-750). Dinasti ini
didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan Ibn Harb Ibnu Umayyah melalui peristiwa
tahkim ketika pecahnya perang Sifin di Daumatul Jandal. Kehadiran Dinasti Umayyah
telah memberi warna baru dalam babakan sejarah pemerintahan Islam dengan sistem
pemerintahan yang sangat berbeda dengan sistem yang diterapkan pada
pemerintahan Islam yang pada masa-masa sebelumnya, baik pada masa Rasulallah
SAW maupun pada masa Khulafaurrasyidin .
2.
SEJARAH
BERDIRINYA BANI UMAYAH
Lahirnya
dinasti Umayyah diawali dengan penyelesaian kompromi antara Ali dengan Muawiyah
yang tidak menguntungkan bagi Ali karena menimbulkan pecahnya kaum muslimin
sehingga kepemimpinan Ali melemah. Umayyah adalah putera dari Abdul Syam,
keturunan Manaf
Pada
tanggal 20 Ramadhan 40 H, Ali terbunuh oleh salah satu anggota Khawarij. KemudiankedudukanyasebagaikhalifahdijabatanaknyaHasanselamabeberapabulan.Namun,
karenaHasanlemahsementaraMuawiyahsemakinkuat, makaHasanmembuatperjanjiandamai.[1]
Dengandemikianberakhirlahapa yang disebutdenganmasa
al-Khulafa’ ar-Rasyidin, dandimulailahkekuasaanBaniUmayyahdalamsejarahpolitik.
MemasukimasakekuasaanMuawiyah yang
menjadiawalkekuasaanBaniUmayyah, pemerintah yang bersifatdemokrasimenjadimonarchiheridetis(kerajaanturunmenurun).KekuasaanBaniUmayyahberumurkuranglebih
90 tahun.[2]
3.
PUNCAK
KEJAYAAN BANI UMAYAH
1)
Pola
Administratif Pemerintahan Umayah
Khalifah
Muawiyah mendirikan suatu pemerintahan yang terorganisasi dengan baik. Muawiyah
melakukan perubahan-perubahan besar dan menonjol didalam pemerintahan negri.
Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang
siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri di sampingnya dalam keadaaan yang
paling berbahaya sekalipun. Dengan bantuan orang-orang siria yang setia,
muawiyah berusaha mendirikan pemerintahan yang setabil menurut garis-garis
pemerintahan Bizaitium. Dia bekerja keras bagi kelancaran sistem yang untuk
pertama kali digunakannya.[3]
Muawiyah
merupakan orang pertama didalam Islam yang mendirikan suatu departemen
pencatatan (diwanulkahatam). Setiap
peraturan yang dikeluarkan khalifah harus disalin di dalam suatu register,
kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju.
Selain
itu Bani Umayah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang,
antara lain mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan
kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan dan mulai mencetak
uang.[4]
Demikianlah
Muawiyah mengembangkan suatu keadaan yang teratur dari kekacauan. Muawiyah
meninggal dunia pada bulan April 680 M, secara keseluruhan, setelah memerintah
imperium Islam selama kira-kira 20 tahun, masa pemerintahannya merupakan masa
kemakmuran dan perdamain di dalam negri serta keberhasilan di luar negri.
2)
Ekspansi
Pada Masa Umayah
Secara
umum, penaklukan pemerintahan Bani
Umayah, meliputi tiga wilayah. Pertama,melawan
pasukan Romawi di Asia Kecil. Penaklukan ini sampai dengan pengepungan
Konstatinopel dan beberapa kepulauan di Laut Tengah. Kedua, wilayah Afrika Utara. Penaklukan ini sampai ke Samudra
Atlantik dan menyeberang ke gunung Thariq hingga ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini
sampai kesebelah timur Irak. Kemudian, meluas keturkistan di Utara, serta di
wilayah Sindh di bagian Selatan.[5]
Dengan
keberhasilan ekspansi kebeberapa daerah, wilayah kekuasaan islam masa bani
Ummayah ini betu-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika
Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, Sebagian Asia kecil, Persia,
Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purmenia, Uzbek, dan Kirgis
di Asia Tengah.[6]
Factor-faktor yang
menyebabkanekspansiitudemikiancepatantara lain adalah :[7]
1.
Islam,
disampingmerupakanajaran yang mengaturhubunganmanusiadenganTuhan, juga agama
yang mementingkansoalpembentukanmasyarakat.
2.
Dalam
dada parasahabatNabitertanamkeyakinantentangkewajibanmenyerukanajaran-ajaran
Islam (dakwah) keseluruhpenjurudunia.
3.
Byzantium
dan Persia
padasaatitutelahmengalamikemundurandankelemahankarenaseringterjadiperang.
4.
Pertentanganaliran
agama di wilayah Byzantium mengakibatkanhilangnyakemerdekaanberagamabagirakyat.
5.
Islam
datangkedaerah-daerah yang dimasukinyadengansikapsimpatikdantoleran.
6.
Bangsa
Sami di SyiriadanPalestinadanbangsaHami di Mesirmemandangbangsa Arab
lebihdekatkepadamereka.
7.
Mesir,
Iran danSyiriaadalahdaerah-daerah yang kaya.
3)
Peradapan
Pada Masa Umayah Timur
a. Penyempurnaan
Tuliasan Al-Qur’an
Al-Qur’an yang telah dikodifikasi pada
zaman abu Bakar dan Utsman bin Affan di tulis tanpa titik (sehingga tidak dapat
dibedakan antara huruf fa denga huruf qaf atau antara hurf ba dengan huruf ta, dan huruf tsa, serta
tidak menggunakan baris sehingga tidak dapat dibedakan antara dhammah yang berbunyi u, fathah
yang berbunyi a, dan kasrah yang berbunyi i)[8]
Menurut salah satu riwayat, ulama
pertama yang memberikan baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan
Al-Bashri (642-728 M) atas perintah Abd Al-Malik Ibn Marwan (yang menjadi
khafilah antara 685-705 M) Abd Al-Malik Ibn Marwan menginstruksikan kepada
Al-Hajjaj untuk menyempurnakan tulisan Qur’an; Al-Hajjaj meminta Hasan
Al-Bashri untuk menyempurnakannya; dan Hasan Al-Bashri di bantu oleh Yahya Ibn
Ya’mura (murid Abu Al-Aswad Ad-Duwali). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang
pertama membuat baris dan titik pada huruf –huruf Al-Qur’an adalah Abu Al-Aswad
Ad-Duwali.
b. Penulisan
Hadist
Umar
Ibn Abd Al-Aziz adalah Khalifah yang mempelopori penulisan (tadwin) hadist.
Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120 H),
gubernur Madinah, untuk menuliskan hadist yang ada dalam hafalan-hafalan
penghafal hadist.
Atas
perintah Khalifah, pengumpulan hadist dilakukan oleh ulama. Diantaranya adalah
Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri (guru Imam
Malik). Akan tetapi, buku hadist yang dikumpulkan oleh Imam Az-Zuhri tidak
diketahui dan tidak sampai kepada kita.dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang
pertama membuktikan hadist adalah Imam Az-Zuhri.
4)
Aliran–Aliran
Keagamaan Pada Masa Umayah
(1)
Khawarij
Khawarijadalah
kaum yang mendesak Ali untuk menghentikan peperangan pada perang Shifin dan
menjalankan proses hukum melalui Al-Qur’an. Namun, kemudian menolak hasil
perundingan antara pihak Ali dan Muawiyah. Setelah itu, mereka melakukan
pemberontakan di Harura dan melakukan kerusakan dimuka bumi.
Orang-orang
Khawarijadalah manusia-manusia
kampungan yang kaku, keras kepala, dan menginginkan manusia hanya ada dalam dua
kubu, yaitu kafir dan mukmin. Barang siapa yang sesuai pandangan-pandangannya,
ia dianggap sebagai orang mukmin. Dan barang siapa yang dianggap tidak sesuai
dengan pandangannya, ia dianggap sebagai orang kafir.
(2)
Murji’ah
Secara
bahasa, Murji’ahberasal dari
kata al-arja
(mengakhirkan, al-ta’khir atau
memberi harapan (i’tha al-‘aja’) arti
pertama relevan dengan khawarij karena
andigium yang mereka gunakan, yaitu maksiat tidak akan merusak iman, dan taat
tidak akan bermanfaat bagi kekafiran.
Gagasan
yang terpenting dalam Murji’ahadalah
bahwa mukmin yang melakukan maksiat akan disiksa oleh Allah di akhirat nanti,
dan setelah disiksa, mereka akan ditempatkan disurga.
4.
RUNTUHNYA BANI UMAYAH
Sepeninggal
Umar ibn Abd Al-Aziz, kekuasan Bani Umayyah
berada di bawah khalifah Yazid
ibn Abd Al-Malik (720-724M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung terhadap
kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya
hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berbubah menjadi kacau.
Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan
konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus
berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik
(724-743M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi
tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari
kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan
berikutnya, kekuatan baru ini dapat menggulingkan dinasti Umayyah dan
menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd
Al-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena
gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.[9]
Sepeninggal Hisyam ibn
Abd Al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah
tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya
pada tahun 750 M,daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan
Abu Muslim Al-Khurasani. Melarikan diri ke mesir, ditangkap dan dibunuh di
sana.
Ada beberapa factor
yang menyebabkan dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran.
Factor-faktor itu antara lain adalah:[10]
1. System
pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi
tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.
Ketidakjelasan system pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar
belakang terbentuknya dinassti Bani Umayyah tidak bias dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para
pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan opoosisi, baik secara terbuka,
seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di
masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerkan-gerakan ini
banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada
masa kekuasaaan Bani Umayyah, pertentangann etnis antara suku Arabia Utara
(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan
utuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan
mawali (non-Arab), terutama di Irak
dan wilayah bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali
itu menggambarkan suatu inferiotas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat
kenegaraan tatkal mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama
banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama yang
sangat kurang.
5. Penyebab
langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Ferakan ini
mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang dikelasduakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah.
5.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi,Dedi. SejarahPeradaban Islam.Bandung : Pustaka Setia. 2008.
Syukur,
Fatah. SejarahPeradaban Islam.Semarang
:PustakaRizki Putra. 2009.
Yatim,
Badri. SejarahPeradaban Islam
DirasahIslamiyah II.Jakarta : PT. RajaGrafindoPersada. 2008
0 komentar:
Posting Komentar