Nuruddin
ar raniri
Nama lengkap beliau adalah nuruddin muhammad bin hasanjin al hamid asy syafii ar raniri.
Beliau lahir pada akhir abad 16 di pantai gujarat, india. Beliau memulai
pendidikannya di kota ranir kemudian ke
wilayah hadhramaut. Guru yang paling mempengaruhi beliau adalah abu nafs sayyid
imam bin abdullah sorang guru tarekat rifa’iyah dari gujarat, india.
Menurut
catatan azyumardi azra, ar raniri merupakan tokoh pembaruan di aceh. Ia mulai
melancarkan pembaruan islamnya di aceh setelah mendapat pijakan yang kuat di
istana aceh. Pembaharuan utamanya adalah memberantas aliran wujudiyah yang
dianggap aliran sesat. Ar raniri dikenal pula sebagai syekh islam yang
mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa menentang aliran wujudiyah ini.
Bahkan, lebih jauh ia mengeluarkan fatwa yang mengarah pada perburuan terhadap
orang yang sesat.[1]
Ajaran
tasawuf nuruddin ar raniri
1.
Tuhan
Pendirian ar raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat
kompromis. Ia berupaya menyatukan pahammutakallimin dengan paham para
sufi yang diwakili ibnu arabi. Ia berpendapat bahwa ungkapan “wujud Allah dan
Alam Esa” berarti alam ini merupakan sisi lahiriyahh dari hakikaknya yang
batin, yaitu Allah SWT., sebagaimana yang dimaksudkan ibnu Arabi. Akan tetapi,
ungkapan itu pada hakikatnya adalah bahwa alam ini tidak ada. Yang ada hanyalah
wujud Allah yang esa. Jadi, tidak dapat dikatakan bahwa alam ini berbeda atau
bersatu dengan Allah SWT. Pandangan ar raniri hampir sama dengan ibnu arabi
bahwa alam ini merupakan tajalli Allah SWT. Akan tetapi, tafsirannya di
atas membuatnya terlepas dari label panteisme ibnu arabi.[2]
2.
Alam
Ar raniri berpandangan bahwa alam ini diciptakan Allah SWT melalui tajalli.
Ia menolak teori al-faidh (emanasi) al farabi karena membawa pengakuan
bahwa alam ini qadim sehingga dapat jatuh pada kemusyrikan. Alam dan
falak, menurutnya merupakan wadah tajalli asma dan sifat Allah SWT dalam
bentuk yang konkret. Sifat ilmu ber-tajalli pada alam akal; nama rahman
ber-tajalli pada Arsy; nama Rahim ber-tajallii pada kursy;
nama raziq ber-tajalli pada falak ketujuh; dan seterusnya.[3]
3.
Manusia
Manusia menurut ar raniri merupakan makhluk Allah SWT yang paling
sempurna di dunia ini. Sebab, manusia merupakan khalifah AllahSWT di bumi yang
dijadikan sesuai dengan citra-Nya. Dia merupakan mazhhar (tempat
kenyataan asma dan sifat Allah SWT paling lengkap dan menyeluruh). Konsep insan
kamil, pada dasarnya hampir sama dengan apa yang digariskan ibnu arabi.[4]
4.
Wujudiyah
Inti ajaran wujudiyyah, menurut ar raniri, berpusat pada Wahdat
al-Wujud, yang disalahartikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan
Allah SWT dengan alam. Menurutnya, pendapat Hamzah Al-Fansuri tentang Wahdat
Al-Wujud dapat membawa pada kekafiran. Ar raniri berpandangan bahwa jika
benar Tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah
Tuhan dan Tuhan adalah manusia, jadilah seluruh makhluk itu adalah Tuhan. Semua
yang dilakukan manusia, baik buruk maupun baik, Allah SWT turut melakukannya.
Jika demikian halnya, manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan.[5]
5.
Hubungan
syariat dan hakikat
Pemisahan antara syariat dan hakikat, menurut ar raniri merupakan
sesuatu yang tidak benar. Untuk menguatkan argumentasinya, ia mengajukan
beberapa pendapat pemuka sufi, di antaranya adalah syekh Abdullah Al-Aidarusi yang menyatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah
SWT kecuali melalui syariat yang merupakan pokok dan cabang islam.[6]
Abdur
rauf as-singkili
Nama lengkap beliau adalah syekh abdur rauf bin ali al fansuri.
Beliau adalah seorang ulama dan mufti besar kerajaan aceh pada abad ke-17
(1606-1637 M). Pendidikannya dimulai dari ayahnya di simpang Kanan (sinkil).
Kepada ayahnya , ia belajar ilmu-ilmu agama, sejarah, bahasa arab, mantiq,
filsafat, sastra arab atau melayu, dan bahasa persia. Pendidikannya kemudian
dilanjutkan ke Samudra Pasai dan Belajar di Dayah Tinggi pada Syekh Sam Ad-Din
As-Sumatrani. Setelah itu, ia melanjutkan ke Arabia.[7]
0 komentar:
Posting Komentar