Rangkuman Pengantar
Manajeman Karangan T.Hani Handoko
Bab 1
Pengertian manajemen
Dalam melaksanakan kegiatan produksi diperlukan manajemen
yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya mengatur dan mengkoordinasikan
penggunaan sumber-sumber daya dalam proses produksi untuk mencapai tujuan
organisai.
Pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih
bahasakan oleh T.Hani Handoko, sebagai berikut :
“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.”
Dari pengertian manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu proses bekerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien dengan menggunakan orang-orang
melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
dengan memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang tersedia.
Mengapa Manajemen Dibutuhkan?
Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan :
1. Untuk mencapai tujuan.
2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang
saling bertentangan.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja
organisasi.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan benar, sedangkan Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas adalah
melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedang efisiensi
adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right).
Aplikasi-aplikasi yang berbeda dari istilah Manajemen
Ada empat aplikasi yang berbeda dari istilah manajemen.
Istilah manajemen dapat digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan :
1. Pengelompokan Pekerjaan. Manajemen berarti suatu kelompok
orang yang melaksanakan tugas-tugas atau fungsi-fungsi manajerial.
2. Seorang Individu. Individu yang melaksanakan
fungsi-fungsi manajerial atau bagian dari kelompok secara keseluruhan dapat
disebut bagian manajemen.
3. Suatu disiplin akademik. Manajemen adalah suatu bidang
spesialisasi akademik, atau suatu bidang studi.
4. Suatu proses. Manajemen juga merupakan suatu proses;
karena mencakup pelaksanaan suatu rangkaian tipe-tipe khusus kegiatan atau
fungsi.
Bab 2
Manajemen dan Manajer
Secara umum “manajer” berarti setiap orang yang mempunyai
tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya.
Manajer dapat diklasifikasi dengan dua cara : menurut
tingkatan mereka dalam organisasi (rendah, menengah dan tinggi). Dan
kegiatan-kegiatan organisasi untuk mana mereka bertanggung jawab (manajer umum
dan fungsional).
Tingkatan Manajemen
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer
menjadi tiga golongan yang berbeda :
1. Manajer Lini (pertama). Tingkatan paling rendah dalam
suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut
manajemen lini / garis pertama (first line atau first level). Para manajer ini
sering disebut dengan kepala atau pemimpin, mandor (foremen), dan penyelia
(supervisors).
2. Manajer Menengah. Manajemen menengah dapat meliputi
beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan
mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga
karyawan operasional.
3. Manajer Puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri
dari sekelompok kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas
keseluruhan manajemen organisasi. Sebutan khas manajer puncak adalah direktur,
presiden, kepala divisi, wakil presiden senior, dan sebagainya.
Perbedaan tingkatan manajemen akan membedakan pula
fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi utama manajemen,
yaitu manajemen administratif dan manajemen operatif. Manajemen administratif
lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian perencanaan, penyusunan
kepegawaian, dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai
tujuan. Sedangkan manajemen operatif lebih mencakup kegiatan memotivasi,
supervisi, dan komunikasi dengan para karyawan untuk mengarahkan mereka
mencapai hasil-hasil secara efektif.
Manajer-manajer Fungsional dan Umum
Atas dasar ruang lingkup kegiatan yang dikelola, para
manajer dapat pula diklasifikasi sebagai manajer fungsional dan manajer umum.
Manajer fungsional mempunyai tanggung jawab hanya atas satu kegiatan
organisasi, seperti produksi, pemasaran, keuangan, kepegawaian, atau akuntansi.
Fungsi-fungsi yang dilaksanakan Manajer
Salah satu klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi
manajerial dibuat oleh Henri Fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah, dan pengawasan adalah
fungsi-fungsi utama.
1. Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metoda, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
Perencanaan organisasi memiliki tujuan yang memungkinkan
diantaranya :
a. Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber
daya-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
b. Para anggota organisasi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih.
c. Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga
tindakan korektif dapat diambil bila tingkatan kemajuan tidak memuaskan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber
daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok
kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kea rah tujuan, 3) penugasan
tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian wewenang yang diperlukan
kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tuganya.
3. Penyusunan Personalia
Adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan,
serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja
yang menguntungkan dan produktif.
4. Pengarahan
Fungsi pengarahan (leading), secara sederhana adalah untuk
membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus
mereka lakukan.
5. Pengawasan
Pengawasan (controlling), adalah penemuan dan penerapan cara
dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsure, yaitu
: 1) penetapan standar pelaksanaan, 2) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, 3)
pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah
ditetapkan, 4) pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.
Semua fungsi-fungsi manajemen ini harus dilaksanakan oleh
manajer kapan saja dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada
perbedaan tekanan untuk tipe organisasi, jabatan-jabatan fungsional, dan
tingkatan manajemen yang berbeda.
Kegiatan-kegiatan Manajer
Agar konsep tentang manajer menjadi lebih jelas, berikut ini
akan diuraikan secara terinci apa tugas-tugas penting yang dilaksanakan manajer
:
1. Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain.
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang
saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas.
3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan.
4. Manajer harus berpikir secara analitis dan konsepsual.
5. Manajer adalah seorang mediator.
6. Manajer adalah seorang politisi.
7. Manajer adalah seorang diplomat.
8. Manajer mangambil keputusan-keputusan sulit.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manajer
Pada dasarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh para
manajer dapat diklasifikasi ke dalam empat kelompok, yaitu :
1. Pribadi.
2. Teknis.
3. Administratif.
4. Interaksional.
Bab 3
Perkembangan Teori Manajemen
Dalam bab ini akan dibicarakan tiga aliran pemikiran
manajemen yang ada : Aliran Klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran,
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi
(sering disebut aliran neoklasik), dan aliran manajemen modern.
1. Teori Manajemen Klasik
Perkembangan awal teori manajemen
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen
Ilmiah, yang akan dibahas disini, yaitu Robert Owen dan Charles Babbage.
Robert Owen (1771 - 1858). Pada permulaan tahun 1800 an
Robert Owen, seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark
Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia membuat
perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja
standar, pembatasan anak-anak di bawah umur yang bekerja, membangun perumahan
yang lebih baik bagi karyawan dan mengoperasikan toko perusahaan yang menjual
barang-barang dengan murah. Dia mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi
karyawanlah yang akan menaikan produksi dan keuntungan (laba), dan investasi
yang paling menguntungkan adalah pada karyawan atau “vital machines”. Disamping
itu Owen mengembangkan sejumlah prosedur kerja yang juga memungkinkan
peningkatan produktivitas.
Charles Babbage (1792 - 1871). Charles Babbage, seorang
professor matematika dari Inggris, mencurahkan banyak waktunya untuk membuat
operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien.
Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja
melalui spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus diberi latihan keterampilan
yang sesuai dengan setiap operasi pabrik. Sebagai kontribusinya yang lain,
Babbage menciptakan alat penghitung (calculator) mekanis pertama, mengembangkan
program-program permainan bagi komputer, menganjurkan kerjasama yang saling
menguntungkan antara kepentingan karyawan dan pemilik pabrik, serta
merencanakan skema pembagian keuntungan.
2. Manajemen Ilmiah
Aliran manajemen Ilmiah (scientific management) ditandai
kontribusi-kontribusi dari Frederick W. Taylor, Frank dan Lillian Gilbreth,
Henry L. Gantt, dan Harrington Emerson, yang akan diuraikan satu-satu.
Frederick W. Taylor (1856 – 1915)
Manajemen Ilmiah mula-mula dikembangkan oleh Frederick
Winslow Taylor sekitar tahun 1900-an. Karena karyanya tersebut, Taylor disebut
sebagai “bapak manajemen Ilmiah”.
Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat)
penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah
teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar tersebut adalah
:
1. Pengembangan metoda-metoda ilmiah dalam manajemen.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat
diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Frank dan Lillian Gilberth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972)
Kontributor utama kedua dalam aliran manajemen ilmiah adalah
pasangan suami isteri Frank Bunker Gilberth dan Lillian Gilberth. Frank
Gilberth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan
berbagai teknik manajemen yang diilhami Taylor. Sedangkan Lillian Gilberth
lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi,
penempatan dan latihan personalia. Dia mengemukakan gagasannya dalam bukunya
yang berjudul The Psychology of Management. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai
satu tujuan akhir : membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai
mahluk hidup.
Henry L. Gantt (1861 – 1919). Seperti Taylor, Henry L. Gantt
mengemukakan gagasan-gagasan (1) kerjasama yang saling menguntungkan antara
tenaga kerja dan manajemen, (2) seleksi ilmiah tenaga kerja, (3) sistem
insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas, (4) penggunaan
instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
Kontribusinya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik,
yang dikenal sebagai “bagan Gantt”, untuk perencanaan, koordinasi dan
pengawasan produksi.
Harrington Emerson (1853 – 1931).
Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi yang
sangat terkenal, yang secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3. Adanya staf yang cakap.
4. Disiplin.
5. Balas jasa yang adil.
6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat, dan ajeg
sistem informasi dan akuntansi.
7. Pemberian perintah, perencanaan dan pengurutan kerja.
8. Adanya standar-standar dan skedul-skedul metoda dan waktu
setiap kegiatan.
9. Kondisi yang distandarisasi.
10. Operasi yang distandarisasi.
11. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
12. Balas jasa efisiensi – rencana insentif.
3. Teori Organisasi Klasik
Henry Fayol (1841 – 1925), seorang industrialis perancis,
mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi
pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks dalam bukunya yang terkenal,
Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan umum).
Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam
kegiatan, yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah (1) teknik - produksi dan manufacturing
produk, (2) komersial – pembelian bahan baku dan penjualan produk, (3) keuangan
(finansial) – perolehan dan penggunaan modal, (4) keamanan – perlindungan
karyawan dan kekayaan, (5) akuntansi – pelaporan dan pencatatan biaya, laba dan
hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistic, dan (6) manajerial.
Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat belas
prinsip-prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja.
2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada
peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi.
4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima
instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan – operasai-operasi dalam organisasi
yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan
penggunaan satu rencana.
6. Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan
umum.
7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan
harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8. Sentralisasi.
9. Rantai skalar.
10. Order – bahan-bahan (Material).
11. Keadilan.
12. Stabilitas staf organisasi.
13. Inisiatif.
14. Esprit de corps (semangat korps).
James D Mooney, menurutnya untuk merancang organisasi perlu
diperhatikan 4 kaidah dasar, yaitu (1) koordinasi – syarat-syarat adanya
koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin dan disiplin, (2)
prinsip skalar, (3) prinsip fungsional, (4) prinsip staf.
Mary Parker Follett (1868 – 1933), Follett adalah seorang
ahli ilmu pengetahuan social pertama yang menerapkan psikologi pada perusahaan,
industri dan pemerintah. Follett memberikan sumbangan besar pada manajemen
yaitu tentang (1) kreativitas, (2) kerjasama antara manajer dan bawahan, (3)
koordinasi dan pemecahan konflik.
Chaster I. Barnard (1886 – 1961), adalah presiden perusahaan
Bell Telephone di New Jersey. Dia memandang organisasi sebagai sistem kegiatan
yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen menurur pandangan
Barnard, adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
4. Aliran Hubungan Manusiawi
Aliran hubungan manusiawi (prilaku manusia atau neoklasik) muncul
karena ketidak puasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak sepenuhnya
menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Beberapa ahli mencoba
melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi.
Hugo Munsterberg (1863 – 1916). Sebagai pencetus psikologi
industri, Hugo Munsterberg sering disebut sebagai bapak psikologi industri. Dia
mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan
dengan tiga cara, (1) penemuan Best Possible Person, (2) penciptaan best
possible work, dan (3) penggunaan best possible effect untuk memotivasi
karyawan.
Elton Mayo (1880 – 1949) mengadakan suatu percobaan untuk
menemukan bahwa kelompok kerja informal – lingkungan social karyawan – juga
mempunyai pengaruh besar pada produktivitas, kemudian konsep mahluk sosial –
dimotivasi oleh kebutuhan sosial, keinginan akan hubungan timbal balik dalam
pekerjaan, dan lebih responsif terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan
manajemen – telah menggantikan konsep mahluk rasional yang dimotivasi oleh
kebutuhan- kebutuhan phisik manusia.
5. Aliran Manajemen Modern
Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang
berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi
yang dikenal sebagai perilaku organisasi, dan yang lain di bangun atas dasar
manajemen ilmiah, dikenal dengan aliran kuantitatif.
Perilaku Organisasi
Prinsip-prinsip dasar Perilaku Organisasi :
Produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program
pengembangan sumber daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan
sebagainya.
Penggunaan teknik-teknik untuk pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan telah terbukti banyak membantu manajer dalam
kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengawasan.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science biasanya adalah
sebagai berikut :
1. Perumusan masalah.
2. Penyusunan suatu model matematis.
3. Mendapatkan penyelesaian dari model.
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.
5. Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi.
Perkembangan Teori Manajemen Di Masa Mendatang
Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen
selanjutnya di masa mandatang, yaitu :
1. Dominan (paling berguna).
2. Divergence (jalurnya sendiri).
3. Convergence ( batasan-batasan).
4. Sintesa (berintegrasi).
5. Proliferation.
Bab 4
Manajer dan Lingkungan Eksternal Organisasi
Faktor-faktor lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur di luar
organisasi, yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam
pembuatan keputusan oleh manajer. Organisasi mendapatkan masukan-masukan yang
dibutuhkan, seperti bahan baku, dana tenaga kerja, dan energi dari lingkungan
eksternal, mentransformasikan menjadi produk dan jasa, dan kemudian memberikan
sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal mempunyai baik unsur-unsur yang
berpengaruh lansung (lingkungan ekstern mikro) dan berpengaruh tidak langsung
(lingkungan ekstern makro). Lingkungan ekstern mikro terdiri dari para pesaing,
penyedia, langganan, lembaga-lembaga keungan, pasar tenaga kerja, dan
perwakilan-perwakilan pemerintah. Unsur-unsur lingkungan ekstern makro mencakup
teknologi, ekonomi, politik dan sosial yang mempengaruhi iklim di mana
organisasi beroperasi dan mempunyai potensi menjadi kekuatan-kekuatan sebagai
lingkungan ekstern mikro.
Organisasi Dan Lingkungan
Lingkungan ekstern mempengaruhi manajer-manajer bervariasi
menurut tipe dan tujuan organisasi. Ha ini berbeda di antara posisi-posisi dan
fungsi-fungsi dalam suatu organisasi dan bahkan antara tingkatan-tingkatan
hirarki di dalam organisasi. Jadi, manajer pada perusahaan A mungkin lebih
dipengaruhi faktor-faktor dalam lingkungan ekstern dibanding manajer pada
perusahaan B, eksekutif dipengaruhi lebih daripada pekerja klerikal, dan
pegawai administrasi kantor dibanding manajer divisi penjualan.
Tanggung jawab sosial Manajer
Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen
mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusannya.
Dengan demikian manajer sekarang dituntut untuk mengimplementasikan etika
berusaha, terutama dalam hubungannya dengan langganan, karyawan, penemu
teknologi, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan lain, para
penyedia, kreditur, pemegang saham, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Ada lima faktor yang mempengaruhi keputusan-keputusan pada
masalah etika, yaitu : (1) hukum, (2) peraturan-peraturan pemerintah, (3) kode
etik industri dan perusahaan, (4) tekanan-tekanan sosial, dan (5) tegangan
antara standar perorangan dan kebutuhan organisasi. Faktor-faktor ini
mempengaruhi etika manajer dengan tingkatan dan pada bidang-bidang fungsi yang
berbeda-beda.
Bab 5
Proses Perencanaan
Pengertian perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu
yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan
dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.
Empat Tahap dasar Perencanaan
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan.
Alasan-alasan perlunya perencanaan
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan
dilakukan untuk mencapai (1) “protective benefits” yang dihasilkan dari
pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan, dan
(2)”positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan
organisasi.
Manfaat perencanaan, (1) membantu manajemen untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan, (2) membantu dalam
kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama, (3) memungkinkan manajer
memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas, (4) membantu penempatan
tanggung jawab lebih tepat, (5) memberikan cara pemberian perintah untuk
beroperasi, (6) memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara berbagai bagian
organisasi, (7) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah
dipahami, (8) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan (9) menghemat waktu,
usaha dan dana.
Kelemahan perencanaan, (1) pekerjaan yang tercakup dalam
perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata, (2) perencanaan cenderung
menunda kegiatan, (3) perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk
berinisiatif dan berinovasi, (4) kadang-kadang hasil yang paling baik
didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah
pada saat masalah tersebut terjadi, (5) ada rencana-rencana yang diikuti
cara-cara yang tidak konsisten.
Tipe-tipe Perencanaan dan Rencana
Ada paling sedikit lima dasar pengklasifikasian
rencana-rencana, sebagai berikut :
1. Bidang Fungsional, mencakup rencana produksi, pemasaran,
keuangan, dan personalia.
2. Tingkatan Organisasional, termasuk keseluruhan organisasi
atau satuan-satuan kerja organisasi.
3. Karakteristik-karakteristik (sifat) rencana, meliputi
faKtor-faktor kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya,
rasionalitas, kuantitatif dan kualitatif.
4. Waktu, menyangkut rencana jangka pendek, menengah dan
jangka panjang.
5. Unsur-unsur rencana, dalam wujud anggaran,program,
prosedur, kebijaksanaan, dan sebagainya.
Dalam organisasi rencana diperinci melalui
tingkatan-tingkatan yang membentuk hirarki dan paralel dengan struktur
organisasi. Ada dua tipe utama rencana : (1) rencana-rencana strategik
(strategik plans), yang dirancang memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih
luas. (2) rencana-rencana operasional (operational plans), ada dua tipe-tipe
rencana operasional. Rencana sekali pakai (single use plans), rencana tetap
(standing plans). penguraian lebih terperinci bagaimana rencana-rencana
strategik akan dicapai.
1. Rencana-rencana Strategik
Sebelum strategi dapat diuraikan, organisasi perlu
menetapkan suatu komponen vital : tujuan-tujuan organisasi. Tujuan organisasi
memberikan dasar pengarahan kegiatan-kegiatan.
Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan
organisasi dalam pelaksanaan misi. Strategi juga dapat didefinisikan sebagai
pola tanggapan organisasi
terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Strategi
menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya dengan
tantangan dan risiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan.
2. Rencana-rencana Sekali Pakai
Rencana sekali pakai adalah serangkaian kegiatan terperinci
yang kemungkinan tidak berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Sebagai contoh, perencanaan perusahaan untuk membangun gudang baru karena
adanya perluasan usaha akan memerlukan rencana sekali pakai khusus bagi proyek
tersebut, walaupun perusahaan telah membangun sejumlah gudang lain di waktu
yang lalu.
3. Rencana-rencana Tetap
Wujud umum rencana-rencana tetap adalah kebijaksanaan,
prosedur dan aturan. Rencana-rencana ini sekali ditetapkan akan terus
diterapkan sampai perlu diubah (modifikasi) atau dihapuskan. Sekali ditetapkan,
rencana tetap memungkinkan para manajer menghemat waktu yang digunakan untuk perencanaan
dan pembutan keputusan karena situasi-situasi yang sama ditangani secara
konsisten.
Perencanaan Strategik
Perencanaan Strategik (Strategic Planning) adalah proses
pemilihan tujuan-tujuan organisasi; penentuan strategi, kebijaksanaan dan
program-program strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut; dan
penetapan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi
kebijaksanaan telah diimplementasikan.
Perencanaan Strategik tidak hanya merupakan kegiatan
perencanaan suatu organisasi; tetapi perencanaan strategik lebih merupakan
salah satu peranan manajemen yang paling kritis. Sedangkan perencanaan yang
dilakukan pada tingkatan bawah disebut perencanaan operasional (operational
planning), yang memusatkan perhatiannya pada operasi-operasi sekarang dan
terutama berkenaan dengan efisiensi, bukan efektivitas.
Proses Perencanaan Strategik
Secara singkat langkah-langkah proses penyusunan strategik
dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Penentuan Misi dan Tujuan, (2)
Pengembangan Profil Perusahaan, (3) Analisa Lingkungan Eksternal, (4) Analisa
Internal Perusahaan, (5) Identifikasi Kesempatan dan
Ancaman Strategik, (6) Pembuatan Keputusan Strategik, (7)
Pengembangan strategi Perusahaan, (8) Implementasi Strategi, dan (9) Peninjauan
kembali dan evaluasi.
Lima variabel yang biasanya merupakan faktor-faktor kritis
implementasi strategi : (1) tugas, (2) orang, (3) Struktur, (4) teknologi, dan
(5) sistem balas jasa.
Kebaikan-kebaikan perencanaan strategik adalah dalam
memberikan pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Kebaikan
penting perencanaan strategi lainnya adalah membantu para manajer dalam
pembuatan keputusan.
Kelemahan-kelemahan perencanaan strategi adalah bahwasannya
hal itu memerlukan investasi dalam waktu, uang dan orang yang cukup besar.
Kelemahan selanjutnya adalah bahwa perencanaan strategik kadang-kadang
cenderung membatasi organisasi hanya terhadap pilihan yang paling rasional dan
bebas resiko.
Hambatan-hambatan Perencanaan Efektif
Ada sejumlah alasan mengapa banyak manajer ragu-ragu atau
gagal menetapkan tujuan dan membuat rencana bagi organisasi atau kelompok /
satuan kerja mereka, yaitu :
1. Kurang Pengetahuan Tentang Organisasi.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Lingkungan.
3. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif.
4. Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak
berulang.
5. Biaya.
6. Takut Gagal.
7. Kurang Percaya Diri.
8. Ketidaksediaan.
Kriteria Penilaian Efektivitas Rencana
Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perencanaan, yaitu mencakup (1) kegunaan, (2) ketepatan dan obyektivitas, (3)
ruang lingkup, (4) efektivitas Biaya, (5) akuntabilitas, dan (6) ketepatan
waktu.
Bab 6
Penetapan Tujuan Organisasi
Misi dan Tujuan Organisasi
Sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dahulu
harus menetapkan misi atau maksud organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum
dan abadi tentang maksud organisasi. Misi suatu organisasi adalah maksud khas
(unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya
dan mengindentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar. Misi
merupakan perwujudan dasar filsafat para pembuat keputusan strategik
perusahaan, mencerminkan konsep diri perusahaan, serta menunjukan bidang-bidang
produk atau jasa pokok dan kebutuhan-kebutuhan langganan utama yang akan
dipuaskan perusahaan.
Tujuan organisasi ialah suatu pernyataan tentang keadaan
yang diinginkan di mana organisasi bermaksud untuk merealisasikan dan sebagai
pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai
kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya. Tujuan organisasi merupakan
pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi
dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi.
Berbagai Fungsi Tujuan Organisasi
Konsep tujuan organisasi dipandang secara luas mempunyai
beberapa fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan. Berbagai
fungsi tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Pedoman bagi kegiatan.
2. Sumber legitimasi.
3. Standar pelaksanaan.
4. Sumber motivasi.
5. Dasar rasional pengorganisasian.
Tipe-tipe Tujuan
1. Tujuan kemasyarakatan (Societal goals).
2. Tujuan keluaran (Output goals).
3. Tujuan sistem (Sistem goals).
4. Tujuan produk (Product goals).
5. Tujuan turunan (Derived goals).
Proses Penetapan Tujuan
Proses penatapan tujuan merupakan usaha untuk menciptakan
nilai-nilai tertentu melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan
organisasi. Beberapa unsur dasar yang melatar-belakangi penetapan tujuan suatu
organisasi untuk menciptakan nilai-nilai tersebut adalah :
1. Bahwa barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan
dapat memberikan berbagai manfaat paling sedikit sama dengan harganya.
2. Bahwa barang dan jasa dapat memuaskan kebutuhan konsumen
/ langganan.
3. Bahwa teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan
menghasilkan barang dan jasa dengan biaya dan kualitas bersaing.
4. Bahwa dengan kerja keras dan dukungan seluruh sumber
dayanya, organisasi dapat beroperasi dengan lebih baik dari sekedar menjaga
kelangsungan hidup (survive), yaitu untuk pertumbuhan (growth) dan dapat
menghasilkan laba (profitable).
5. Bahwa pelayanan manajemen akan memberikan public image
yang menguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan modalnya dan menyumbangkan
tenaganya untuk membantu sukses organisasi.
6. Bahwa perusahaan mempunyai konsep diri (self concept)
yang dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan dan pemegang
saham organisasi.
Bidang-bidang Tujuan
Peter Drucker, selama bekerja sebagai konsultan untuk GE,
mengidentifikasikan secara terperinci 8 bidang pokok dimana perusahaan harus
menetapkan tujuan. Bidang-bidang itu adalah :
1. Posisi pasar. Perusahaan harus menetapkan tujuan mengenai
bagian pasar yang akan “direbut”.
2. Produktifitas. Adalah rasio antara masukan dengan
keluaran organisasi.
3. Sumber daya phisik dan keuangan.
4. Profitabilitas. Tujuan-tujuan laba penting untuk mencapai
tujuan-tujuan lain.
5. Inovasi. Ada kebutuhan terus menerus akan produk atau
jasa baru dan inovatif.
6. Prestasi dan pengembangan manajer. Kelangsungan hidup
banyak organisasi tergantung pada kekuatan manajemen yang inovatif.
7. Prestasi dan sikap karyawan. Karyawan operatif
melaksanakan sebagian besar pekerjaan normal dan rutin di setiap organisasi.
8. Tanggung jawab sosial dan publik. Tujuan-tujuan ini
ditetapkan perusahaan untuk “menangani” boikot publik, kegiatan-kegiatan hukum,
kegiatan-kegiatan pemerintah, kelompok-kelompok berkepentingan, dan sebagainya.
Management By Objectives (MBO)
Management By Objectives atau MBO pertama kali diperkenalkan
oleh peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954.
Prosesnya juga berjalan dengan nama-nama lain, termasuk “manajemen berdasarkan
sasaran”, “manajemen berdasarkan hasil”, atau “management by results”, “goals
management”, “work planning and review”, “goals and controls”, “joint target
setting”, dan sebagainya. Walaupun menggunakan nama-nama yang berbeda prosesnya
adalah sama. MBO telah berkembang sangat terkenal, terutama dalam-organisasi-organisasi
besar. Pada hakekatnya MBO menekankan pentingnya peranan tujuan dalam
perencanaan efektif.
Sistem MBO
Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur umum yang selalu ada
dalam berbagai sistem MBO yang efektif :
1. Komitmen pada program.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak.
3. Tujuan-tujuan perseorangan.
4. Partisipasi.
5. Otonomi dalam implementasi rencana.
6. Peninjauan kembali prestasi.
Kekuatan dan kelemahan MBO
Dalam suatu survey terhadap para manajer, Tosi dan Carroll
mengemukakan kebaikan-kebaikan berbagai program MBO, yang dapat diperinci
sebagai berikut :
1. Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka.
2. Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer
menetapkan tujuan dan sasaran.
3. Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
4. Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada
tujuan organisasi.
5. Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui
pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini juga memungkinkan para bawahan
mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam hubungannya dengan tujuan
organisasi.
Ada dua kategori kelemahan–kelemahan khas untuk organisasi
yang mempunyai program-program MBO formal. Dalam kategori pertama adalah
kelemahan-kelemahan yang melekat pada proses MBO. Ini mencakup konsumsi waktu
dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik
MBO, serta biasanya meningkatkan banyaknya kertas kerja. Dalam kategori kedua,
kelemahan-kelemahan seharusnya tidak ada tetapi sering dijumpai dalam
pengembangan dan implementasi program-program MBO. Kategori kedua ini
menyangkut beberapa masalah pokok yang harus dikendalikan agar program MBO
sukses :
1. Gaya dan dukungan manajemen.
2. Penyesuaian dan perubahan.
3. Ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
4. Deskripsi jabatan.
5. Penetapan dan pengkoordinasian tujuan.
6. Pengawasan metoda pencapaian tujuan.
7. Konflik antara kreativitas dan MBO.
Membuat MBO Efektif
Unsur-unsur penting yang diperlukan bagi efektivitas MBO.
1. Mendidik dan melatih manajer.
2. Merumuskan tujuan secara jelas.
3. Menunjukan komitmen manajemen puncak secara kontinyu.
4. Membuat umpan balik efektif.
5. Mendorong partisipasi.
Bab 7
Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer.
Kegiatan ini memainkan peranan penting, terutama bila manajer melaksanakan
fungsi perencanaan.
Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan proses
melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah
tertentu.
Tipe-tipe keputusan
Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai
perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Keputusan-keputusan juga dapat
dibedakan antara keputusan yang dibuat di bawah kondisi kepastian, risiko, dan
ketidak pastian.
Keputusan-keputusan yang di program (programmed decisions)
adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur.
Keputusan-keputusan ini rutin dan berulang-ulang.
Keputusan-keputusan yang tidak di program (non-Programmed
decisions), di lain pihak, adalah keputusan yang berkenaan dengan
masalah-masalah khusus, khas, atau tidak biasa. Bila suatu masalah yang timbul
tidak cukup diliput oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu
penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak di
program.
Proses Pembuatan keputusan
Banyak manajer yang harus membuat keputusan dengan
metoda-metoda pembuatan keputusan informal untuk memberikan pedoman bagi
mereka. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa
manajemen akan selalu membuat keputusan yang benar, tetapi bagaimanapun juga,
para manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang rasional, intelektual dan
sistematik akan lebih berhasil dibanding para manajer yang menggunakan
pendekatan informal.
Proses dasar pembuatan keputusan rasional hampir sama dengan
proses perencanaan strategik formal yang di bahas dalam bab 5. Ini mencakup
identifikasi dan diagnosa masalah, pengumpulan dan analisa data yang relevan,
pengembangan alternatif-alternatif, penilaian berbagai alternatif penyelesaian,
pemilihan alternatif terbaik, implementasi keputusan dan evaluasi terhadap
hasil-hasil.
Pohon Keputusan dan Pembuatan Keputusan
Pohon keputusan (decision tree) dikembangkan untuk membantu
para manajer membuat serangkaian keputusan yang melibatkan peristiwa-peristiwa
ketidak pastian. Pohon keputusan adalah suatu peralatan yang menggambarkan
secara grafik berbagai kegiatan yang dapat diambil dan hubungan
kegiatan-kegiatan ini dengan berbagai peristiwa di waktu mendatang yang dapat
terjadi. Seperti teknik-teknik riset operasi lainnya, pohon keputusan tidak
akan membuat keputusan bagi manajer – kebijakan masih akan diperlukan.
Bagaimanapun juga, dalam berbagai situasi yang tepat, penggunaan pohon
keputusan akan mengurangi kekacauan potensial dalam suatu masalah kompleks dan
memungkinkan manajer untuk menganalisa masalah secara rasional.
Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan
Para manajer akan sulit untuk membuat keputusan-keputusan
tanpa melibatkan para bawahan. Keterlibatan ini dapat formal, seperti
penggunaan kelompok dalam pembuatan keputusan; atau informal, seperti
permintaan akan gagasan-gagasan. Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap
tahap proses pembuatan keputusan.
Karakteristik-karakteristik Berbagai Situasi Keputusan
Perihal keterlibatan para bawahan dalam pembuatan keputusan
telah dipelajari beberapa teoritis dan konsultan. Dua peneliti, Vroom dan
Yetton, telah mengembangkan suatu pendekatan pohon keputusan (decision tree
approach) untuk mengidentifikasi gaya keputusan “optimum” tertentu yang sesuai
dengan situasi tertentu. Karakteristik-karakteristik pokok suatu situasi
keputusan yang dikemukakan Vroom dan Yetton adalah sebagai berikut :
1. Adakah persyaratan kualitas dimana suatu penyelesaian
lebih rasional dibanding yang lain?
2. Apakah manajer mempunyai informasi cukup untuk membuat
keputusan berkualitas tinggi?
3. Apakah situasi keputusan terstruktur?
4. Apakah penerimaan keputusan oleh para bawahan manajer
merupakan faktor kritis implementasi efektif keputusan?
5. Adakah kepastian yang layak bahwa keputusan akan diterima
para bawahan bila manajer mebuat keputusan sendiri?
6. Apakah para bawahan manajer menyebarkan tujuan organisasi
untuk dicapai bila masalah dipecahkan?
7. Apakah penyelesaian yang disukai akan menyebabkan konflik
di antara para bawahan?
Ciri-ciri Riset Operasi
Ada tujuh ciri utama riset operasi, yang dapat diperinci
sebagai berikut :
1. Terpusat pada pembuatan keputusan.
2. Penggunaan metoda ilmiah.
3. Penggunaan model matematik.
4. Efektivitas ekonomis.
5. Bergantung pada Komputer.
6. Pendekatan tim.
7. Orientasi sistem.
Tahap-tahap Pendekatan Riset Operasi
Pendekatan riset operasi untuk pemecahan masalah mempunyai 5
tahap :
1. Diagnosa masalah.
2. Perumusan masalah.
3. Pembuatan model.
4. Analisa model.
5. Implementasi penemuan.
Berbagai Model dan Teknik Riset Operasi
Ada sejumlah cara pengelompokan model-model yang digunakan
dalam riset operasi. Pembedaan yang biasa dibuat adalah antara model normatif
dan deskriptif. Model normatif menggunakan apa yang seharusnya dilakukan. Model
deskriptif menggambarkan segala sesuatu sebagaimana adanya.
Programasi Linear adalah suatu peralatan riset operasi yang
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah “optimasi” atau masalah-masalah di
mana ada satu jawaban “paling baik” dari serangkaian alternatif. Model ini
banyak digunakan untuk menentukan cara terbaik pengalokasian sumber daya-sumber
daya yang terbatas guna mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Model-model programasi linear dapat diterapkan pada berbagai
operasi bisnis dan industri di mana dapat diperoleh nilai maksimum atau
minimum, seperti penetapan keluaran mesin maksimum, tingkat persediaan ideal,
campuran produk terbaik, masalah transportasi, masalah penugasan (Assignment
problem), penganggaran modal, pemilihan media pengiklanan, dan sebagainya.
Beberapa model dan teknik riset operasi akan dibahas berikut
ini :
1. Teori antrian.
2. Model garis tunggu.
3. Analisa network.
4. Teori permainan.
5. Model rantai Markov.
6. Programasi dinamik.
7. Simulasi.
Aplikasi Teknik-teknik Riset Operasi
Paling tidak ada delapan jenis masalah praktek manajerial
dimana teknik-teknik riset operasi sering diterapkan, diantaranya sebagai
berikut :
1. Masalah-masalah persediaan.
2. Masalah-masalah Alokasi.
3. Masalah-masalah Antrian (garis tunggu).
4. Masalah-masalah pengurutan.
5. Masalah-masalah routing atau scheduling).
6. Masalah-masalah pergantian.
7. Masalah-masalah persaingan.
8. Masalah-masalah pencarian.
Kebaikan dan keterbatasan penggunaan riset Operasi
Teknik-teknik riset operasi mempunyai satu maksud, yaitu
untuk membantu para manajer membuat keputusan-keputusan yang lebih baik. Maksud
ini dapat terpenuhi karena teknik-teknik riset operasi mempunyai tiga kebaikan
pokok :
1. Memungkinkan untuk memerinci suatu masalah kompleks dan
berskala besar menjadi bagian-bagian lebih kecil sehingga dapat lebih mudah
didiagnosa dan dianalisa.
2. Dalam penyusunan dan analisa model-model riset operasi,
para peneliti harus memperhatikan perincian dan mengikuti berbagai prosedur
logik dan sistematik.
3. Teknik-teknik riset operasi sangat membantu dalam
penilaian alternatif-alternatif.
Di samping kebaikan-kebaikan di atas, teknik-teknik riset
operasi juga mempunyai berbagai keterbatasan :
1. Proyek-proyek riset operasi sering terlalu mahal bagi
banyak organisasi atau banyak jenis masalah, sehingga sebelum keputusan untuk
menggunakannya dibuat perlu dilakukan analisa biaya kegunaan.
2. Riset operasi tidak dapat diterapkan secara efektif dalam
banyak situasi.
3. Riset operasi dapat dengan mudah menjadi teknik-teknik
yang terpisah dari kenyataan, mungkin karena kesalahan dalam anggapan-anggapan
tentang masalah atau karena variabel-variabel tertentu diabaikan.
Masalah-masalah Penggunaan Pendekatan Riset Operasi
Grayson mengemukakan beberapa alasan mangapa bannyak manajer
tidak menggunakan teknik-teknik riset operasi :
1. Kekurangan waktu.
2. Ketiadaan data.
3. Penolakan terhadap perubahan.
4. Waktu tanggapan lama.
5. Penyederhanaan yang berlebih-lebihan.
Pedoman Penggunaan Efektif Riset Operasi
Para manajer akan memperoleh keuntungan dengan meningkatkan
kegunaan riset operasi dan membuat lebih mungkin untuk menerapkan bantuan
saran-saran riset operasi. Wagner telah mengemukakan bahwa program-program
riset operasi akan paling berguna dengan meliput delapan unsur berikut :
1. Dukungan manajemen puncak.
2. Tanggung jawab manajerial bagi program.
3. Partisipasi manajer.
4. Penggunaan kebijakan manajerial.
5. Pengumpulan data secara cepat.
6. Aspek-aspek teknik tidak dibiarkan mendominasi.
7. Persiapan untuk kesulitan-kesulitan awal.
8. Penyimpanan laporan secara akurat.
BAB 8
Pengorganisasian dan Struktur Organisasi
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses
penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu
organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar
setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan
sekumpulan kegiatan yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses
pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal dengan
mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan
perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian,
maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan , tugas wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Adapun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan
struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Teknologi yang digunakan.
3. Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam
organisasi.
4. Ukuran organisasi.
Unsur-unsur Struktur Organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi
tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi dan penyatuan
tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja.
2. Standardisasi kegiatan.
3. Koordinasi kegiatan.
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan.
5. Ukuran satuan kerja.
Bagan Organisasi Formal
Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu
struktur organisasi, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
3. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan.
4. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan.
5. Tingkatan manajemen.
Departementalisasi Fungsional
Departementalisasi fungsional mengelompokan fungsi-fungsi
yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan
organisasi. Kebaikan pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan memungkinkan pengawasan
manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi. Kelemahan struktur
fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan
kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan tanggapan
lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada kepentingan
tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta
kurang inovatif.
Departementalisasi Divisional
Departementalisasi dibagi menjadi 4 bagian divisi-divisi,
yaitu :
1. Struktur organisasi divisional atas dasar produk.
2. Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
3. Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.
4. Struktur organisasi divisional atas dasar proses atau
peralatan.
Kebaikan struktur divisional yaitu :
1. Meletakan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada
tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat
dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Merumuskan tanggung jawab secara jelas dan memusatkan
perhatian pada pertanggung jawaban atas prestasi kerja, yang biasanya diukur
dengan laba atau rugi divisi.
Kelemahan struktur divisional yaitu:
1. Menyebabkan berkembangnya persaingan “dysfunctional”
potensial antar sumber daya-sumber daya perusahaan dan konflik antara
tugas-tugas dan prioritas-prioritas.
2. Masalah seberapa besar delegasi wewenang yang diberikan
kepada manajer-manajer divisi.
3. Masalah kebijaksanaan dalam alokasi sumber daya dan
distribusi biaya-biaya overhead perusahaan.
Organisasi Proyek dan Matriks
Bentuk organisasi proyek dan matriks adalah tipe
departementalisasi campuran (hybrid design). Kedua struktur organisasi ini
tersusun dari satu atau lebih tipe-tipe departementalisasi lainnya. Struktur
proyek dan matriks bermaksud untuk mengkombinasikan kebaikan-kebaikan kedua
tipe desain fungsional dan divisional dengan menghindarkan
kekurangan-kekurangannya.
Struktur organisasi proyek. Departementalisasi proyek
menyangkut pembentukan tim-tim spesialis yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan khusus. Sedangkan struktur organisasi matriks. Departementalisasi
matriks adalah sama dengan departementalisasi proyek dengan satu perbedaan
pokok. Dalam sturktur matriks, para karyawan mempunyai dua atasan sehingga
mereka berada di bawah dua wewenang.
Kebaikan organisasi matriks dapat diperinci sebagai berikut
:
1. Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer-manajer
fungsional.
2. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan karyawan dan
merupakan tempat latihan yang baik bagi manajer-manajer strategic.
3. Melibatkan, memotivasi dan menantang karyawan serta
memperluas pandangan manajemen menengah terhadap masalah-masalah strategik
perusahaan.
Kelemahan organisasi matriks dapat diperinci sebagai berikut
:
1. Pertanggung jawaban ganda dapat menciptakan kebingungan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang kontradiktif.
2. Sangat memerlukan koordinasi horizontal dan vertical.
3. Memerlukan lebih banyak ketrampilan-ketrampilan antar
pribadi.
Kelompok-kelompok kerja formal organisasi
Organisasi mempunyai tiga tipe utama kelompok-kelompok kerja
formal : kesatuan tugas khusus, panitia, dan dewan atau komisi.
Kesatuan tugas khusus (task forces). Kesatuan tugas khusus
atau tim proyek dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas khusus.
Panitia tetap (standing committees) dan panitia Ad hoc. Adalah
bagian tetap dari struktur suatu organisasi yang dibentuk guna menangani tugas
yang terus menerus ada dalam organisasi.
Tujuan dibentuknya panitia manajemen terutama adalah untuk
mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi, memberi saran manajemen puncak,
atau bahkan membuat keputusan-keputasan sendiri.
Kegunaan panitia
1. Keputusan-keputusan dengan kualitas lebih baik.
2. Meningkatkan penerimaan.
3. Memperbaiki koordinasi.
4. Tempat latihan bagi manajer.
5. Penyebaran kekuasaan.
6. Menghindarkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
Kerugian panitia
1. Pemborosan waktu dan uang.
2. Dominasi individu.
3. Adanya persetujuan dan kompromi terlebih dahulu.
4. Kurangnya tanggung jawab.
BAB 9
Koordinasi Dan Rentang Manajemen
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan
departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam
organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering
merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling
ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu :
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled
interdependence).
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential
interdependence).
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence).
Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar
Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah
komponen-komponen vital manajemen yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Hirarki Manajerial,
2. Aturan dan prosedur.
3. Rencana dan penetapan tujuan.
Meningkatkan Koordinasi Potensial
Bila mekanisme pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi
dalam mekanisme-mekanisme tambahan diperlukan. Koordinasi potensial dapat
ditingkatkan dalam dua cara vertikal dan horizontal :
1. Sistem Informasi Vertikal. Peralatan melalui mana data
disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi.
2. Hubungan-hubungan lateral (horizontal), ada beberapa
hubungan lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut :
1. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat
maningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
2. Peranan hubungan.
3. Panitia dan satuan tugas.
4. Pengintegrasian peranan-peranan.
5. Peranan penghubung manajerial.
6. Organisasi matriks.
BAB 10
Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi
Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf pada
manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi. Tampa
suatu sistem wewenang, suatu organisasi juga tidak dapat berfungsi. Wewenang
(authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Kekuasaan (power) sering dicampur adukan dengan wewenang.
Meskipun kekuasaan dan wewenang sering ditemui bersama, tetapi keduanya
berbeda. Bila wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah
kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan atau
kejadian. Wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Ada banyak sumber kekuasaan. Yaitu :
1. Kekuasaan balas jasa (reward power).
2. Kekuasaan paksaan (coercive power).
3. Kekuasaan sah (legitimate power).
4. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information
power).
5. Kekuasaan panutan (referent power).
6. Kekuasaan ahli (expert power).
Delegasi Wewenang
Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Delegasi wewenang adalah proses di mana para manajer mengalokasikan wewenang ke
bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Empat kegiatan terjadi ketika
delegasi dilakukan :
1. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas
kepada bawahan.
2. Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai tujuan atau tugas.
3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit,
menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
4. Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk
hasil-hasil yang dicapai.
Efektivitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan
manajer sukses dan manajer tidak sukses.
Sentralisasi Versus Desentralisasi
Faktor penting lainnya yang menentukan efektivitas
organisasi adalah derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang. Konsep
sentralisasi, seperti konsep delegasi, berhubungan dengan derajat di mana
wewenang dipusatkan atau disebarkan. Bila delegasi biasanya berhubungan dengan
seberapa jauh manajer mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan
yang secara langsung melapor kepadanya, desentralisasi adalah
konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh
manajemen puncak mendelegasikan wewenangke bawah ke divisi-divisi,
cabang-cabang atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya.
Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada
tingkatan atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau
pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke
tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.
Keuntungan-keuntungan desentralisasi adalah sama dengan keuntungan-keuntungan
delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki pembuatan
keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan, meningkatkan latihan,
moral dan inisiatif manajemen bawah, dan membuat lebih fleksibel dan lebih
cepat dalam pembuatan keputusan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi
1. Filsafat manajemen.
2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi.
3. Strategi dan lingkungan organisasi.
4. Penyebaran geografis organisasi.
5. Tersediannya peralatan pengawasan yang efektif.
6. Kualitas manajer.
7. Keaneka-ragaman produk dan jasa.
8. Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya.
BAB 11
Penyusunan Personalia
Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan
dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan
anggota-anggota organisasi. Kegiatan-kegiatan penyusunan personalia sangat erat
hubungannya dengan tugas-tugas kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi, sehingga
pembahasannya sering ditempatkan sebagai bagian dari fungsi pengarahan.
Proses penyusunan personalia
Langkah-langkahnya yaitu :
1. Perencanaan sumber daya manusia.
2. Penarikan.
3. Seleksi.
4. Pengenalan dan orientasi.
5. Latihan dan pengembangan.
6. Penilaian pelaksanaan kerja.
7. Pemberian balas jasa dan penghargaan.
8. Perencanaan dan pengembangan karier.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Untuk menyediakan tipe dan jumlah karyawan secara tepat
dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga bagian perencanaan personalia :
(1) penentuan jabatan-jabatan yang harus diisi, kemampuan yang dibutuhkan
karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan berapa jumlah karyawan yang
dibutukan; (2) pemahaman pasar tenaga kerja di mana karyawan potensial ada; dan
(3) pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan.
Penarikan Dan Seleksi Karyawan
Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah
karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organisasi.
Seleksi adalah pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok
karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu.
Prosedur seleksi. Langkah-langkah dalam prosedur seleksi
yang biasa digunakan adalah :
1. Wawancara pendahuluan.
2. Pengumpulan data-data pribadi.
3. Pengujian.
4. Wawancara yang lebih dalam.
5. Pemeriksaan referensi-referensi prestasi.
6. Pemeriksaan kesehatan.
7. Keputusan pribadi.
8. Orientasi jabatan.
Pemberian Kompensasi Kepada Karyawan
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan
pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan
sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang.
Penentuan Kompensasi
1. Kesediaan membayar.
2. Kemampuan membayar.
3. Persyaratan-persyaratan pembayaran.
Pemeliharaan Kesehatan Dan Keamanan
Bidang manajemen yang semakin penting adalah pemeliharaan
kesehatan dan keamanan karyawan. Perusahaan memperhatikan hal ini untuk
memberikan kepada karyawan, kondisi kerja yang kebih sehat dan lebih aman serta
menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi
perusahaan-perusahaan yang mengalami tingkat kecelakaan yang tinggi. Program
ini dapat dilakukan dengan penyediaan dokter dan klinik kesehatan perusahaan,
pengaturan tempat kerja yang sehat dan aman, pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pencegahan, ataupun penyediaan alat-alat pengamanan.
BAB 12
Motivasi
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan,
dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting
bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui
orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berprilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi.motivasi
adalah juga subyek membingungkan, karena motif tidak
dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus
disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi
tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan
individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan untuk mencapai
prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan
persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi salah satu faktor rendah, maka
tingkat prestasi akan rendah, walaupun faktor-faktor lainnya tinggi.
Teori-teori Motivasi
Teori-teori Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu petunjuk, isi dan proses.
Teori-teori petunjuk (prescriptive theories) mengemukakan
bagaimana memotivasi para karyawan. Teori-teori ini didasarkan atas pengalaman
coba-coba.
Teori-teori isi (content theories), kadang-kadang disebut
teori-teori kebutuhan (need theories), adalah berkenaan dengan pertanyaan apa
penyebab-penyebab perilaku atau memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi.
Teori-teori proses (process theories) berkenaan dengan bagaimana
perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek “bagaimana” dari
motivasi.
Motivasi Adalah Lebih Dari Sekedar Teknik-Teknik
Motivasi adalah lebih inklusif dari sekedar aplikasi
berbagai peralatan atau cara tertentu untuk mendorong peningkatan keluaran.
Motivasi juga adalah filsafat, atau pandangan hidup yang dibentuk berdasarkan
kebutuhan dan keinginan karyawan. Jadi, penting diperhatikan oleh manajer bahwa
teori-teori motivasi harus digunakan secara bijaksana.
Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai sistem, yang
mencakup sifat-sifat individu, pekerjaan, dan situasi kerja; dan memahami
hubungan antara insentif, motivasi dan produktifitas, mereka akan mampu
memperkirakan perilaku bawahan. Hanya manajer yang mengetahui hal ini dan
mengetahui bagaimana menerapkannya dapat mengharapkan realisasi peningkatan
produktifitas dari para karyawan.
BAB 13
Komunikasi Dalam Organisasi
Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya
komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif adalah penting bagi para manajer,
paling tidak untuk dua alasan. Pertama, komunikasi adalah proses melalui mana
fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dapat dicapai. Kedua, komunikasi adalah kegiatan untuk mana para
manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses komunikasi
memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jadi, manajer dapat
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi dan
komunikasi dengan pihak lain.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk
gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian
tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam
percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan
sebagainya.
Komunikasi, sebagai suatu proses dengan mana orang-orang
bermaksud memberikan pengertian-pengertian melalui pengiringan berita secara
simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang
berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran
iniformasi. Konsep ini mempunyai unsur-unsur : 1) suatu kegiatan untuk membuat
seseorang mengerti, 2) suatu sarana pengaliran informasi dan 3) suatu sistem
bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-individu.
Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke
bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication)
dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui
tingkatakan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling
bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan,
informasi, instruksi,
nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan
informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan
organisasi.
Fungsi utama komuniksasi ke atas (upward communication)
adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa
yang terjadi pada tingkatan bawah.
2. Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut
ini :
A. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja
yang sama.
B. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara
departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
3. Komunikasi Diagonal
Merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal
rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil
hubungan-hubungan departemen lini dan staf.
Pedoman komunikasi yang baik
1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum
dikomunikasikan.
2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3. Pertimbangkan keadaan phisik dan manusia keseluruhan
kapan saja komunikasi akan dilakukan.
4. Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu dalam
perencanaan komunikasi.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi
dasar berita selama berkomunikasi.
6. Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala
sesuatu yang membantu atau umpan balik.
7. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8. Perhatikan konsistensi komunikasi.
9. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya
untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
BAB 14
Kepemimpinan
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral
dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam
membantu kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.
Bagaimanapun juga, kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan
adalah faktor penting efektifitas manajer.
Pengertian Kepemimpinan
Seperti manajemen, kepemimpinan (leadership) telah
didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang
berbeda pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi
penting dari definisi tersebut :
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau
pengikut.
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan
yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok.
Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para
bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak
sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Fungsi-fungsi kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi
pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada
fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan
dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama : (1)
fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau pemecahan
masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-
maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut
pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup
segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan
dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
Pentingnya Fleksibilitas
Dalam organisasi, seperti juga dalam kehidupan lainnya,
dibutuhkan fleksibilitas. Ini membantu untuk menanggapi terhadap orang-orang
dan situasi-situasi secara tepat dan membuat penyesuaian bila terjadi
penyimpangan dari antisipasi. Sebagai manajer, semua orang harus berhati-hati
terhadap berbagai macam gaya kepemimpinan yang tersedia. Pengetahuan tentang
teori-teori yang telah dibahas di muka dalam bab ini, akan membantu untuk
mengidentifikasikan, perilaku kepemimpinan yang paling tepat.
BAB 15
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Manajer senantiasa harus mengantisipasi perubahan-perubahan
dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian design
organisasi di waktu mendatang. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat
berwujud perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik,
perubahan kualitas dan sikap karyawan, semakin pentingnya tanggung jawab sosial
organisasi, dan sebagainya. Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya
diperlukan bagi kelangsungan hidup organisasi tetapi juga sebagai tantangan
pengembangan.
Peranan Pengantar Perubahan
Pengantar perubahan (change agent) adalah individu yang
bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan.
Individu, kelompok atau organisasi yang merupakan sasaran perubahan disebut
sistem klien. Pengantar perubahan dapat berasal dari para anggota organisasi
atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi. Program-program perubahan
yang kompleks dan jangka panjang biasanya memerlukan pengantar perubahan dari
luar, mungkin karena ketrampilan atau keahlian khusus
diperlukan, atau tidak mengganggu operasi harian. Konsultan
dari luar yang tanpa vested interest dalam organisasi sering lebih dipercaya,
didengarkan dan dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan obyektif.
Proses Pengelolaan Perubahan
Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan
dasar bila perubahan adalah mengarah pada efektifitas organisasi. Pertama, ada
redistribusi kekuasaan dalam struktur organisasi. Kedua, redistribusi ini
dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Tahap-tahap Proses perubahan
Tahap 1 : tekanan dan desakan. Proses mulai ketika manajemen
puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan.
Tahap 2 : intervensi dan reorientasi. Konsultan atau
pengantar perubahan dari luar sering digunakan untuk merumuskan masalah dan
memulai proses dengan membuat para anggota organisasi untuk memusatkan
perhatiannya pada masalah tersebut.
Tahap 3 : diagnosa dan pengenalan masalah. Informasi
dikumpulkan dan dianalisa oleh pengantar perubahan dan manajemen.
Tahap 4 : penemuan dan komitmen pada penyelesaian. Pengantar
perubahan hendaknya merangsang pemikiran dan mencoba untuk menghindari
penggunaan “metoda-metoda lama yang sama”. Penyelesaian-penyelesaian
diketemukan melalui pengembangan secara kreatif, alternative-alternatif baru
dan masuk akal.
Tahap 5 : percobaan dan pencarian hasil-hasil.
Penyelesaian-penyelesaian yang dikembangkan pada tahap 4 biasanya diuji dalam
program-program percobaan berskala kecil dan hasil-hasilnya dianalisa.
Tahap 6 : penguatan dan penerimaan. Bila serangkaian
kegiatan telah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara
sukarela.
Berbagai Kondisi bagi Keberhasilan Program-Program PO
French dan Bell telah mengidentifikasi sekumpulan kondisi
yang diperlukan bagi sukses program PO, yang secara ringkas dapat diperinci
sebagai berikut :
1. Pengenalan oleh manajer puncak atau lainnya bahwa
organisasi mempunyai berbagai masalah.
2. Penggunaan ahli keperilakuan dari luar organisasi sebagai
konsultan.
3. Dukungan dan keterlibatan para manajer tingkat atas.
4. Keterlibatan para pemimpin kelompok kerja.
5. Pencapaian sukses awal dengan usaha PO.
6. Pendidikan bagi para anggota organisasi tentang PO.
7. Penghargaan terhadap kekuatan-kekuatan para manajer.
8. Keterlibatan para manajer departemen personalia.
9. Pengembangan sumber daya PO internal.
10. Manajemen efektif program PO.
11. Pengukuran hasil-hasil.
PO adalah bukan “obat mujarab” yang akan memecahkan semua
masalah organisasi. Hal ini memerlukan dukungan manajemen puncak dan telah
terbukti bekerja lebih baik dalam lingkungan dengan kondisi-kondisi diatas di
banding lainnya.
BAB 16
Manajemen Konflik
Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil
adanya masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi.
Secara ringkas penyebab-penyebab tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komunikasi : salah pengertian yang berkenaan dengan
kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak
lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisiten.
2. Struktur : pertarungan kekuasaan antar departemen dengan
kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan
untuk
memperebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas, atau
saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk
mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi : ketidak sesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial
pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan
perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.
Definisi Konflik
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi
pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi
(organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul Karena adanya
kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau
kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Jenis-jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1. Konflik dalam diri individu.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama.
3. Konflik antara individu dan kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.
5. Konflik antar organisasi.
Metoda-metoda Pengelolaan Konflik
Ada tiga bentuk manajemen konflik : (1) stimulasi konflik
dalam satuan-satuan organisasi di mana pelaksanaan kegiatan lambat karena
tingkat konflik terlalu rendah. (2) pengurangan atau penekanan konflik bila
terlalu tinggi atau menurunkan produktifitas; dan (3) penyelesaian konflik.
BAB 17
Dasar-Dasar Proses Pengawasan
Pengertian Pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk
“menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian
ini menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan
pengawasan.
Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J. Mockler
berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan :
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merangcang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Tahap-tahap Dalam Proses Pengawasan
1. Tahap penetapan satandar.
2. Tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
3. Tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan.
4. Tahap pembandingan pelaksanaan dengan standard an analisa
penyimpangan.
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif
Untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi
Kriteria tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya 1)
mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat waktu, 3) dengan biaya yang
efektif, 4) tepat-akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang bersangkutan. Semakin
dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem pengawasan.
BAB 18
Berbagai Teknik dan Metoda Pengawasan
Pengawasan sebenarnya mengandung arti penjagaan stabilitas
dan equilibirium. Untuk mencapai keseimbangan, bagaimanapun juga manajer harus
selalu merubah apa yang dikerjakannya atau merubah standar yang digunakan
sekarang untuk mengukur pelaksanaan. Dan teknik-teknik serta metoda-metoda
pengawasan hendaknya digunakan secara simultan, tidak berdiri sendiri-sendiri.
Teknik-teknik pengawasan non-kuantitatif
Teknik-teknik yang sering digunakan meliputi (1) pengamatan
(control by observation), (2) inspeksi teratur dan langsung (control by regular
and spot inspection), (3) pelaporan lisan dan tertulis (control by report), (4)
evaluasi pelaksanaan, dan (5) diskusi antara manajer dan bawahan tentang
pelaksanaan suatu kegiatan.
Teknik-teknik Pengawasan kuatitatif
Sebagian besar teknik-teknik pengawasan kuantitatif
cenderung untuk menggunakan data khusus dan metoda-metoda kuantitatif untuk
mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran. Metoda-metoda
kuantitatif tersebut terdiri dari :
1. Anggaran (budget) seperti a) anggaran operasi, anggaran
pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas, dan lain-lainnya, dan b)
anggaran-anggaran khusus, seperti planning programming budgeting systems, zero
base budgeting, dan human resource accounting.
2. Audit, seperti a) internal audit, b) external audit, dan
c) management audit.
3. Analisa Break even.
4. Analisa Rasio.
5. Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu
pelaksanaan kegiatan, seperti a) bagan Gantt, b) program evaluation and review
technique, dan c) critical path method.
0 komentar:
Posting Komentar